Selasa, 22 Januari 2013

UJI PUBLIK KURIKULUM 2013 WAWANCARA DENGAN KEMENDIKBUD



Tempat : Ruang kerja Mendikbud, Gedung A Kompleks Kemdikbud Senayan Jakarta
Hari : Rabu, 5 Desember 2012


Pertanyaan : Bagaimana pengembangan Kurikulum 2013 ini?
 
Mendikbud : Pengembangan kurikulum ini sudah ada dalam Rencana 
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. 
Artinya apa? Kalau ada suatu dokumen RPJMN 2010-2014, ini artinya 
disusun tahun 2009, berarti 2009 sudah dievaluasi, 2010-2014 
harus ada penataan kurikulum. Ini perintah RPJMN.Dari sisi arah, 
sangat-sangat jelas. Arahnya adalah peningkatan kompetensi yang 
seimbang antara sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). 
Tiga ini harus dimiliki. Yang dirisaukan  orang bahwa anak-anak kita hanya 
memiliki kognitif saja, ini yang kita jawab. Kompetensi nantinya bukan 
urusan kognitif saja namun ada sikap, dan ketrampilan. Kompetensi ini 
didukung 4 pilar yaitu : produktif, kreatif,  inovatif, dan afektif. Meskipun 
inovatif ini gabungan sifat produktif dan kreatif, namun kita taruh berdiri sendiri saja. 
Kalau seseorang produktif dan kreatif, tidak serta merta menjadi inovatif, 
tapi inovatif ini hanya bisa dibentuk kalau ada dua hal tersebut. 
Kalau ada beras ada ikan belum tentu otomatis bisa dimakan,tapi kalau 
tidak ada beras tidak ada ikan otomatis tidak ada yang bisa dimakan. 
Syaratnya ada beras, ada ikan. Tentang afektif ini, kita ini rindu dengan 
kekuatan-kekuatan moralitas, sentuhan seni. Tentu saja dibingkai 
dengan ke-Indonesia-an. Ini sesuatu yang baru, uji publik kurikulum. 
Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi ini kita lempar ke publik. 
Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada kurikulum baru, kedua 
publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki atauself-belonging
Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan. 
Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web 
kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Apakah yang disentuh cuma mata pelajaran? Tentu saja tidak. 
Kalau kita bicara kurikulum, kita harus bicara 4 hal, yaitu standar 
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. 
Proses ini berarti metodologi, atau pendekatan. Itu kurikulum 
keempat-empatnya, mata pelajaran hanya satu aspek saja, termasuk buku cuma 
satu aspek saja. Yang pertama kita garap dalam penyusunan 
kurikulum adalah kompentensi apa yang akan kita capai. Anak kelas I SD 
diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, itu yang pertama ditentukan. Untuk ke situ apa 
yang harus dilakukan? Setelah kompetensi ditentukan, prosesnya harus ditentukan. 
Setelah itu cara evaluasinya harus ada, apakah sudah tercapai atau belum. 
Jadi perlu standar penilaian. Jadi mata pelajaran itu sesuatu yang kecil saja, 
suatu akibat saja. Apa bedanya kurikulum yang dulu dengan yang sekarang? 
Kurikulum yang lama  pun ada standar kompetensi, ada isinya, proses, 
dan penilaian. Dari situ kita review semua, sejak 2011 sudah kita review
Ketika ramai-ramainya PPKN, kita pelajari semua. Pendekatannya kita ubah. 
Kalau dulu mata pelajaran dulu ditetapkan, baru kompetensinya, sekarang 
kita ubah, kompetensinya dulu ditetapkan, baru menyusul mata pelajarannya. 
Pendekatannya adalah scientific-approach, atau pendekatan ilmiah.
 
Pertanyaan : Mengapa kurikulum harus berubah?
 
Mendikbud : Yang paling mendasar, adik-adik kita didik ini untuk apa? Yang paling 
utama kan untuk mereka sendiri, yang nantinya akan kembali untuk keluarga,  
bangsa, dan negara. Kapan itu? kalau anak sekolah sekarang, itu bukan untuk 
sekarang. Agar mereka bisa hidup untuk nanti. Jaman itu nanti berubah, jadi harus 
dimulai dari sekarang. Kalau kita tidak berubah kita akan menghasilkan generasi 
yang usang. Generasi yang akan menjadi beban, dan juga tidak terserap di dunia kerja.
 
Pertanyaan : Bagaimana tentang anggapan ganti menteri ganti kurikulum?
 
Mendikbud : Saya dihadapkan pada 2 pilihan: Apakah mempertahankan tidak usah 
 ganti kurikulum biar ga dibilang ganti menteri ganti kurikulum, atau kedua tidak 
 apa-apa ganti kurikulum asal ada landasan. Saya memilih yang kedua, 
ganti kurikulum nggak apa-apa asal punya pijakan. Kalau ini dilakukan, 
saya yakin kurikulum ini tidak akan berubah dalam 4 atau 5 tahun. 
Kembali ke 4 pilar di atas, penelitian menunjukkan bahwa kreativitas 
bisa dibangun melalui pendidikan. Penelitian ini masih relatif baru, tahun 2011. 
 Penelitian ini menunjukkan 2/3 kreatifitas diperoleh melalui pendidikan, 
 sedangkan 1/3 karena genetik. Bagaimana menumbuhkan kreatifitas? 
Anak-anak kita ajari mengamati. Manfaatkan indrawi untuk melihat fenomena. 
Tidak hanya mengamati, tetapi kita dorong untuk bertanya. Tidak hanya bertanya, 
tetapi harus sampai ke menalar. Dan nanti sampai ke mencoba, sampai ke eksperimen. 
Makanya prosesnya kita ubah. Karena prosesnya berubah, makanya jam pelajarannya bertambah.
Obyek pembelajarannya adalah fenomena alam, fenomena sosial, fenomena budaya. 
Belajar apa saja, obyeknya pasti tiga hal tersebut. Pendekatannya kita gunakan 
tematik-integratif. Anak-anak kecil itu kan belum bisa berfikir spesialis. 
Karena spesialis itu memerlukan basic yang kuat, makanya dari awal anak-anak
kita ajari berfikir utuh. Generik, tapi generik-nya kita perkuat. 
Tidak pelajaran-pelajaran satu-satu. Tidak boleh anak-anak kecil itu kita ajari spesialis.



Pertanyaan : Bagaimana tentang uji publik kurikulum 2013 ini?
 
Mendikbud : Ini sesuatu yang baru, uji publik kurikulum. Sebelumnya tidak 
 pernah ada uji publik. Jadi ini kita lempar ke publik. Tujuannya apa? 
pertama supaya publik tahu akan ada kurikulum baru, 
kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki atau 
self-belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan. 
Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web 
kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Uji publik jalan terus ini. Secara umum tidak ada itu yang menolak. 
 Rata-rata menyambut baik. Tujuan uji publik itu kan untuk penyempurnaan. 
 Makanya bahannya kita upload, supaya publik mempelajari terlebih dahulu. 
Kalau ada yang komentar mata pelajaran kita kurang fokus, coba pelajari dahulu.
Waktu uji publik yang 3 minggu ini cukup. Tentang memilah masukan, itu teknis sekali. 
Akan dikelompokkan tentang kurikulum dan tentang implementasi kurikulum. 
Tentang kurikulum itu sendiri kan terdiri dari kompetensi lulusan, isi, proses, 
dan penilaian. Kira-kira dari 4 itu mana yang perlu ditambahkan. 
 Dari masukan yang banyak tersebut, oleh tim pakar akan di-review
 Tentu saja tidak semua masukan kita terima, kalau semua masukan kita 
terima itu berarti nggak mikir.
 
Pertanyaan : Bagaimana tentang kesiapan guru?
 
Mendikbud : Ujung tombaknya guru? Benar. Bagaimana jika guru belum siap? Kita siapkan! 
Dalam manajemen Pareto, itu kan ada prioritas, mencari mana lebih prioritas. 
Makanya kita prioritaskan mana yang penting terlebih dahulu. Implementasinya, 
kita siapkan skenario pentahapan. Tahapnya bisa kelas 1 SD, 4 SD, kelas 7, kelas 10 
terlebih dahulu. Kalau itu kita lakukan, guru yang harus dilatih tidak sejumlah total 
guru, yang 3 juta. Misal guru SD saja 1,6 juta, yang kita latih sepertiga dari 1,6 
juta itu, dikurangi guru agama, guru Pendidikan Jasmani, jadi cuma 
sekitar 300 ribu, itu masuk akal. Kita setiap tahun mengadakan sertifikasi sekitar 300 ribu.
 
Pertanyaan : Apakah bukunya berubah?
 
Mendikbud : Konsekuensi bukunya berubah. Apa tidak boleh mengadakan buku? 
Ya tentu harus! Asalnya yang penting: 1. Jangan dibebankan kepasa siswa atau 
 orang tua siswa; 2. Di dalam pelaksanaannya pengadaan buku harus bisa 
 dipertanggungjawabkan, transparan saja. Buku masternya kita siapkan, 
jadi bisa diuji isinya benar atau salah. Kemudian kita tender-kan, terbuka. 
Dan siapapun bisa mengawasi. Dananya bisa dari dana alokasi khusus 
(DAK), yang memang tiap tahun ada DAK pengadaan buku. 
Dan juga dari anggaran kita sendiri. Estimasinya kita belum tahu. 
Berapapun anggarannya, mau 100 milyar 100 trilyun, asal bisa 
 dipertanggungjawabkan tidak masalah.
 
Pertanyaan : Seperti apa pengajaran tematik-integratif?
 
Mendikbud : Misalnya guru menetapkan tema pelajaran hari tentang gunung, 
 tentang diriku, tentang lingkunganku. Tema itu bisa berhari-hari diajarkan. 
 Dalam tema itu ada Bahasa Indonesia, ada Matematika diintegrasikan. 
Contoh temanya sungai. Guru menceritakan tentang sungai dengan 
Bahasa Indonesia, diperkenalkan kosa kata tentang sungai, air, dan lain-lain. 
Kemudian ditanyakan, air di sungai itu mengalir atau tidak? kenapa? 
Di situ diperkenalkan ilmu pengetahuan alam. Bisa juga dikaitkan dengan 
budaya, bahwa di Bali dikenal ada Subak, tentang budaya pembagian air. 
Air bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Jadi pembelajaran itu bisa hidup.
 
Pertanyaan : Bagaimana tentang blue-print kurikulum jangka panjang?
 
Mendikbud : Apakah kita bisa membuat kurikulum yang tidak berubah 50 tahun? 
 Tidak ada ceritanya. Tidak ada ceritanya kurikulum yang 50 tahun tidak 
 berubah, bahkan yang 20 tahun tidak berubah itu tidak ada.
Jaman itu berubah. Apa perubahan mendasar yang dibutuhkan di masa depan? 
 Yang paling dibutuhkan di masa mendatang (termasuk sekarang juga dibutuhkan) 
 yaitu kreatifitas. Ke depan kita butuh anak-anak 
yang kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar